Kamis, 21 Juli 2011

I'm Your Man // Part.2

Author : Sarah Ariyanti
Chapter 2 of 5
Genre : Romace, Comedy
Casts :
- Shin AhRin
- Lee JeRim
- Cho KyuHyun
- Kim JongWoon a.k.a Yesung


~Happy Reading~

TETOT.. TETOT.. jam alarmku berbunyi. Aku membuka selimut yang menutupi tubuhku dan langsung mematikan jamnya. Aku bangun dan duduk di kasurku dengan mata yang masih belum bisa melek.
“Hahh aku masih mengantuk, apa aku bolos saja? Hahh tidur lagi saja.” Saat hendak menjatuhkan diri ke kasur *lagi? Pintu kamarku diketuk oleh seseorang..
“Haaa? Siapa?” tanyaku dengan nada terkejut.
“Eomma, kau sudah bangun?” tanya eomma dari luar.
“Sudah, ehmm.. aku sudah mandi kok eomma ahaha.”
“Jeongmal? Ahaha langsung ke ruang makan ya!” kata eomma lalu suaranya pun lambat laun menghilang.
“NE.. hahh sudah mandi? Aduuuh aku berbohong, berarti sekarang aku harus buru-buru mandi? Ahh aku masih mengantuk.” Aku kembali menjatuhkan diri ke kasur.
Pintu kamar kembali diketuk..
“Siapa?” tanyaku lesu.
“Eomma, kau..”
“Aku sudah memakai seragamku eomma, tanang saja! Sebentar lagi aku keluar.” Teriakku *kembali berbohong.
“Bagus!!! Langung ke ruang makan ya!”
“NE.. ahaha aku kembali berbohong, aduuuh tapi aku masih mengantuk. Lagi pula ini masih jam 6, nanti setengah 7 aku akan mandi. zzZZ..”
Tiba-tiba pintu kamar diketuk lagi..
“Ne eomma, aku segera..”
#CEKLEK pintu kamarku dibuka.
“Pagi AhRin.” Sapa JeRim.
“Mwo?? JeRim-ah.. aku belum mandi, sudah sana keluar dulu.” Aku berteriak sejadi-jadinya.
“Eh? Neee, aku akan keluar.” JeRim pun keluar.
“Hahh JeRim disini? Huwaaa~ aku harus segera mandi.” Aku langsung melompat dari kasurku dan langsung berlari menuju kamar mandi.

Setelah selesai dan semuanya sudah siap..
“Wae eomma? Ahh jangan melihatku seperti itu!” kataku sambil berusaha memalingkan wajah.
“Kau membohongi eomma? Hahh..” keluh eomma.
“Mianhae, aku tidak bermaksud.” Kataku yang langsung memanyunkan bibir.
“Ya sudahlah, cepat habiskan sarapanmu! Kau juga JeRim! Agar kalian tidak terlambat.” Kata eomma.
“NE.” jawabku dan JeRim kompak.

Setelah sarapannya selesai kami habiskan, kami pun berpamitan pergi pada eomma.
“Hati-hati!” teriak eomma sambil melambaikan tangan.
“NE.” jawabku dan JeRim kompak lagi.
“JeRim-ah, kau tidak sarapan di rumah?” tanyaku.
“Ehmmm.. aku malas sarapan di rumah, lagi pula Hyuk oppa tidak mau berbagi rotinya bersamaku sedangkan ayah dan ibu belum pulang dari Amerika.” Jelas JeRim.
“Ohhh..” aku mengangguk menandakan aku mengerti.
Kami melanjutkan perjalanan sampai menuju halte bis. Kami saling diam selama bersama. JeRim melirikku dan aku sempat meliriknya juga, tapi aku langsung memalingkan wajah.
“AhRin.. kau tidak mau berbicara ya?” tanya JeRim.
“Tidak juga, hanya saja.. aku sedang merenung.”
“Bwahaha, merenung apa? Kau ini ada-ada saja.” JeRim sedikit memukul bahuku.
“Aniii.. aku memang sedang merenung.” Aku keluarkan banda dari dalam tasku, yang bukan lain adalah sarung tangan yang tadi malam seorang namja berikan padaku.
“Jadi, ini yang membuatmu merenung hah?” tanya JeRim bingung.
“Ne, aku sedang merenung.. bagaimana caraku mengembalikannya??” aku menggaruk kepalaku.
JeRim mengangkat bahunya, menandakan dia juga bingung.
“Ahh kau sama sekali tidak bisa membantuku ya?” aku mulai mengeluh.
“Ehmm bagaimana kalau kau bawa saja terus sarung tangan itu..”
“Kemana pun aku pergi?” tanyaku memotong pembicaraan JeRim.
“Ne, siapa tahu kau bisa bertemu dengannya lagi. Benar tidak?” JeRim memberikan solusinya.
Aku berpikir sejenak, tapi akhirnya aku menyetujui perkataan JeRim tadi. Kami terus berjalan sampai akhirnya kami sampai di halte bis dan menaiki bis yang sudah berhenti sejak beberapa menit lalu.

Sampai di sekolah, kami menjalani pelajaran dengan baik. Sampai akhirnya jarum jam menunjukkan pukul 3, waktunya bel pulang berbunyi.
“YEHEEEEE..” teriakkan teman-teman di kelas membuat telingaku sakit.
Aku langsung berbalik melirik JeRim yang masih membereskan buku-bukunya.
“Kau pulang bersamaku kan?”
“Entahlah.” Lelu JeRim melihat ke arah pintu yang ternyata baru membuatku sadar kalau disana sudah berdiri sesosok namja tampan, yang bukan lain adalah Wooyoung.
Aku menundukkan kepala. “Ohh, kau akan pulang bersamanya? Baiklah, aku pulang duluan ya?”
“AhRin-ah!!! Gwenchanayo?” tanya JeRim ragu.
“Ahaha gwenchana, bersenang-senanglah!!!” aku sedikit berteriak sambil melambaikan tangan.

Aku pasang earphoneku dan aku dengarkan musik dari iPodku.
“Hahh pulang sendirian itu memang tidak asik, aduuuh cuaca hari ini panas sekali.. aku haus.” Aku keluarkan minuman soda kaleng dari tasku dan meminumnya sampai habis, benar-benar habis.
“Habis? Ahh sial..” keluhku yang langsung melemparkan kalengnya ke sembarang tempat.
#PLETAK.. kaleng minumanku mengenai kepala orang.
“Oh my god, apa aku harus kabur? Andwae.. aku harus menghampiri orang itu dan meminta maaf padanya.” Kehampiri orang yang sedang memegang kaleng minumanku sambil duduk di halte bis celingukan.
“Mianhae, aku..”
Namja itu mengeluarkan senyuman miringnya padaku.
“Kau, namja yang kemarin malam kan?” tanyaku bingung *sambil nunjuk-nunjuk*
“Ne, bagaimana bisa kita bertemu lagi?” tanyanya dingin.
“Ahh itu hanya takdir yang menentukan, hei aku ingin..” belum sempat aku selesaikan perkataanku, bis sudah datang.
“Ayo!!!” namja itu menarik tanganku, mengajakku masuk kedalam bis.
“Hei, aku mau..”
“Duduklah!!!” namja itu menyuruhku duduk.
Aku meliriknya dengan tatapan kesal, tapi mengapa jantungku berdetak tidak karuan ya?
“Tadi kau mau apa?” tanyanya dingin, tatapannya terus tertuju pada buku yang ia baca.
“Aku ingin mengembalikan sarung tanganmu.” Kataku sambil menjulurkan tangan.
Namja itu melirikku. “Ambil sajalah! Aku sudah tidak butuh sarung tangan itu.”
“Jeongmal? Hehh nan baboya, kau tidak lihat sulaman rapi ini hah? Ini pasti mahal kan? Ambilah! Aku tidak terbiasa dengan barang-barang mahal.” kataku sambil terus menjulurkan tangan.
“Kau tidak lihat aku sedang baca? Kau mengganggu konsentrasiku.” Katanya dengan nada sedikit membentak.
“Mwo?! Mianhae.. Ahh aku tidak mau tahu, pokoknya kau ambil sarung tangan ini!” kataku yang langsung menyimpan benda itu di pahanya.
“Baiklah aku mengalah kali ini.” katanya sambil melirikku.
“Kau tak usah membantuku lagi!” kataku sambil menatapnya dengan tatapan tajam dan sinis.
“Jeongmal?”
“Ne.”
“Sepertinya aku dipertemukan dengan yeoja galak sepertimu untuk membantu segala kesulitanmu.” Namja itu berkata dengan sangat pdnya.
“Aha? Kau ini memamg namja yang suka memaksa ya? Hahh Tuhan, mengapa kau pertemukan aku dengan namja seperti dia?”
“Kau lihat sana!” namja itu mengarahkan penglihatannya keluar jendela bis.
Aku langsung melirik ke arah jendela juga, dan ternyata..
“Hujan? Ahh untung saja aku membawa payung.” kataku yang langsung memeriksa tas. Tapi, tidak ada payung dalam tasku.
“Omo.. aku baru ingat, payung satu-satunya milikku kemarin dipakai ibu dan.. ahh sial aku lupa membawanya.”
Namja itu tersenyum licik melihatku.
“Waeo? Kau senang ya melihatku seperti ini?”
Bis berhenti..
“Kau jangan jauh-jauh dariku!” namja itu memegang tanganku seenaknya.
“Apa maumu? Aku bisa berjalan sendiri.” Kataku dengan sedikit berteriak.
“Ahh berisik!!!” namja itu langsung membuka jaketnya dan memayungkan jaketnya ke kepalaku dan ke kepalanya. Kami berdua pun turun dari dalam bis.
Aku meliriknya, berniat untuk berterima kasih. Tapi..
“Kau tidak berterima kasih padaku? Hahh memang yeoja yang tidak tahu diuntung kau!!!”
“Argh, HEHH NAMJA ANEH YANG SUKA MEMAKSA!!! AKU BARU SAJA INGIN BERTERIMA KASIH PADAMU, TAPI KAU INI MEMANG TERLALU.. ARGH memang susah bicara dengan orang sepertimu. Lebih baik aku pergi.” kataku dengan nada sangat kesal.
Namja itu mendekatkan diri dan langsung memayungiku lagi dengan jaketnya.
“Aduuuh kau ini benar-benar suka memaksa ya? Aku tidak butuh bentuanmu, dan kau juga harus pulang!” kataku.
“Aniii, aku akan mengantarmu pulang dengan posisi jaketku diatas melindungi kepalamu dan kepalaku. Gwenchana?” tanya namja itu menawarkan.
“Ahh terserah kau saja!!!”
Namja itu hanya tersenyum mendengar jawabanku.

Sampailah kami berdua di depan rumahku.
“Gomawoyo.” Kataku yang langsung membungkukkan badan.
“Ini rumahmu?” tanyanya tidak nyambung.
Aku langsung mengerutkan dahi, aku merasa sangat kesal padanya.
“Ne, wae? Ohh rumahmu pasti tidak sekecil ini kan? Aku tahu, orang kaya sepertimu pasti merasa aneh melihat rumah sekecil ini.” kataku sangat bawelnya.
“Kau ini berisik sekali ya? Bisa tidak kau berpikiran positive padaku?” tanya namja itu.
Aku hanya bisa diam menundukkan kepala.
“Masuklah! Aku tidak mau kau berlama-lama di luar, nanti kau basah kuyup.”
Aku langsung membalikkan badan hendak memasuki rumah, tapi namja itu menarik lenganku.
“Namaku Cho KyuHyun.” Ahaha ternyata dia mau memperkenalkan dirinya.
Aku tersenyum. “Aku Shin AhRin.”
KyuHyun membalas senyumanku dan melepaskan lenganku, membiarkan aku masuk kedalam rumah.

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar