Author : Sarah Ariyanti
Chapter 1 of 10
Genre : Sad, Romance
Casts :
- Lee Hyunsu
- Lee Sungmin
- Song Eunrim
- Park Jungsoo a.k.a Leeteuk
- Park Seulbyul
~Happy Reading~
Lee Sungmin, sedang diam di dalam kamarnya sambil melihat album foto masa kecilnya beberapa tahun yang lalu. Saat membuka halaman berikutnya, ia melihat fotonya bersama Han Hyunsu sedang menaiki sepeda baru pemberian ibu dan ayah.
“Hyunsu, adikku yang bandel itu sekarang sudah besar. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Dulu badannya kecil sekali, sekarang tingginya hampir menyamaiku ahaha. Tapi oppa akan selalu menyayangimu Hyunsu.” Gumam Sungmin.
Terdengar suara pintu kamar dibuka.
“SIAPA ITU?” teriak Sungmin dengan nada terkejut.
Tiba-tiba.. #TREETT
“Saengil cukhahamnida, saengil cukhahamnida, saranghaneun Sungmin oppa.. saengil cukhahamnida.” Hyunsu bernyanyi untuk oppanya.
Hari ini, Sungmin berulang tahun. Kami sekeluarga merayakannya dengan berpesta bersama. Musik terdengar keras sekali dari rumah kami.
Saat kami sedang bersenang-senang, tiba-tiba..
“AHHH.. Awww perutku. Ahh.. ibu.” Rintih Hyunsu.
Ayah langsung memberhentikan musiknya dan melihat ke arah anak perempuannya.
“Hyunsu, kau kenapa?” tanya Sungmin khawatir.
“Oppa, perutku.. ahh perutku sakit sekali.” Jelas Hyunsu masih merintih kesakitan.
“Apakah benar-benar sakit?” tanya ibu.
“Heem.. ahh.” Kata Hyunsu sambil masih saja memegangi perutnya.
“Ayah, lebih baik kita bawa Hyunsu ke rumah sakit.” Kata Sungmin.
Sungmin memang oppa yang baik dan sangat perhatian, ia tidak mau jika melihat adiknya kesakitan atau terluka. Malam ini ia sangat khawatir sekali dengan keadaan adiknya.
“Ne, Sungmin benar. Lebih baik kita bawa Hyunsu ke rumah sakit.” Kata ibu.
Ayah langsung memanggil Hajae, supir pribadi keluarga kami untuk menyiapkan mobil.
“Biar ibu bawa mantelmu dulu, kau keluar duluan bersama oppamu ya!” jelas ibu sambil mengelus kening Hyunsu yang sudah mulai mengeluarkan keringat dingin.
Sungmin menuntun adiknya sampai kedalam mobil.
“Hyunsu, perutmu masih sakit?” tanya Sungmin.
“Ne oppa.”
“Lebih baik sekarang kau masuk kedalam mobil! Biar aku bawakan selimut untukmu.” Kata Sungmin.
Hyunsu hanya mengangguk. Ia pun masuk kedalam mobil dan tangannya masih memegangi perutnya.
Beberapa menit kemudian ibu dan Sungmin datang.
“Hyunsu, pakai mantelnya ya!” kata ibu sambil memakaikannya ke badan Hyunsu.
“Ini, oppa bawakan kau selimut untuk menghangatkan badan.” Kata Sungmin.
“Ne.” jawab Hyunsu pendek.
“Lebih baik kita cepat berangkat ke rumah sakit.” Kata ayah.
Kami pun berangkat.
Di rumah sakit..
Setelah pemeriksaan selesai, Hyunsu hanya bisa berbaring lemas di atas tempat tidur.
“Jadi, anakku kenapa?” tanya ayah mulai penasaran.
Dokter menarik nafasnya sebelum mulai berbicara.
“Heh dokter, langsung sajalah! Kasihan adikku jika harus berada lama-lama di rumah sakit. Dia kan tidak tahan dengan bau obat.” Bentak Sungmin.
“Sungmin, bersabarlah sedikit!” kata ibu dengan nada sedikit menegur.
Sungmin hanya bisa diam.
Ayah kembali menanyakan pertanyaannya tadi, “jadi anakku kenapa?”
“Dia, dia terkena.. sebuah penyakit.” Jelas dokter.
“Penyakit?” tanya ibu bingung.
“Penyakit apa dokter?” tanya Sungmin penasaran.
“Penyakit.. kanker lambung.” Jelas dokter.
“WAEO?” teriak ibu terkejut, dan ia langsung meneteskan air matanya begitu saja saat mendengar bahwa Hyunsu terkena penyakit kanker lambung.
“Kau bohong kan?” tanya ayah pada dokter dengan nada marah.
“Ani, aku tidak berbohong.” Jelas dokter.
Ayah hanya bisa terdiam, ia sama sekali tidak percaya.
Sungmin juga langsung terdiam, dadanya terasa sesak mendengar perkataan dokter. Ia langsung saja menghampiri adiknya dan langsung memegang tangan adiknya.
“Hyunsu, bagaimana bisa?” tanya Sungmin dengan suara sedikit ditekan.
Hyunsu masih saja tertidur.
Sungmin tidak bisa menahan tangisannya, ia pun langsung berteriak dan memeluk Hyunsu sambil menangis.
Tanpa Sungmin sadari, “oppa?”
Sungmin langsung melepaskan pelukannya.
“Hyunsu? Kau bangun?”
“Ne, mengapa oppa menangis hah?” tanya Hyunsu dengan polosnya.
“Ahh ani, aku tidak menangis.” Kata Sungmin berusaha mengelak.
“Oppa, aku bisa melihatnya. Mata oppa merah, pasti habis menangis kan?” kata Hyunsu.
“Ahh ani.. Hyunsu, kita pulang yuk!” kata Sungmin.
“Ibu dan ayah mana?” tanya Hyunsu.
“Mereka masih di ruang dokter, kita ke mobil duluan saja ya!” ajak Sungmin.
“Ne.” jawab Hyunsu dan ia masih sempat mengeluarkan senyuman manisnya.
Sungmin pun membantu Hyunsu berjalan.
Di tempat parkir rumah sakit..
“Yoboseyo.”
“Kau bawa adikmu kemana?” tanya ayah.
“Dia ada bersamaku ayah.” Jelas Sungmin.
“Hahh, kukira adikmu hilang begitu saja. Baiklah, tunggu kami disana ya! Sungmin, jangan lupa pakaikan dia mantel dan selimut!” kata ayah.
“Ne.”
Hyunsu melirik, “ayah?”
“Ahh ne, Hyunsu pakai mantelmu!” kata Sungmin.
“Ohh ne oppa.”
“Kau tidur ya! Ibu dan ayah akan datang sebentar lagi, lalu kita bisa pulang. Dan kau bisa beristirahat dengan tenang di rumah.” Jelas Sungmin.
“Ne.” Hyunsu pun tertidur sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Sungmin yang duduk tepat di sebelahnya.
Sungmin hanya bisa menatap wajah adiknnya yang pucat itu. Sekarang tangannya diangkat, dan Sungmin pun mengelus kepala Hyunsu.
“Aku tidak mau melihatmu seperti ini!” katanya.
Mata Sungmin mulai berkaca-kaca, tapi ia berusaha agar tidak menangis karena ia tidak mau jika ketahuan oleh Hyunsu.
Beberapa menit kemudian..
“Hajae, ayo pulang!” kata ayah.
Ibu melihat Hyunsu dan Sungmin sudah tertidur pulas. Ibu hanya bisa menahan tangisannya.
“Sungmin.. Sungmin..” ibu membangunkan Sungmin.
“Ne.”
“Pakaikan Hyunsu selimut!”
“Ohh baiklah ibu.”
Sampai di rumah..
“Hajae kau..” belum sempat ayah menyelesaikan perkataanya Sungmin sudah menahannya.
“Hajae, kau tak usah menggendong Hyunsu. Biar aku yang menggendongnya.” Kata Sungmin.
“Baik.”
Sungmin pun menggendong Hyunsu. Sebelum masuk kedalam rumah, ayah menahannya.
“Wae?”
“Aku senang bisa melihat kalian selalu bersama.” Kata ayah.
Sungmin berusaha tersenyum, padahal rasanya ia ingin sekali menangis mendengar ucapan ayahnya tadi.
Setelah Sungmin menyelimuti Hyunsu, ia langsung mengecup kening Hyunsu.
“Tidur yang nyenyak! Besok kau harus bangun ya!” kata Sungmin.
Setelah mematikan lampu, ia keluar dan menangis di depan pintu kamar Hyunsu.
To be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar