Selasa, 06 September 2011

Song For You // Part.5

Author : Sarah Ariyanti
Chapter 5 of 10
Genre : Sad, Romance
Casts :
- Lee Hyunsu
- Lee Sungmin
- Song Eunrim
- Park Jungsoo a.k.a Leeteuk
- Park Seulbyul


~Happy Reading~
“Sungmin~ah.. bangun!!!”
Merdengar seorang gadis memanggil namanya, Sungmin langsung terbangun.
“Eunrim?”
“Ne. ini aku.” Kata Eunrim sambil tersenyum manis.
“Mau apa kau kesini?” tanya Sungmin.
“Kau baru sehari tidak sekolah, aku..”
“Ahh merindukanku ya?” goda Sungmin.
“Waeo? Hahh tidak sama sekali.” Kata Eunrim.
“Lalu apa? Jika kau tidak merindukanku, mau apa kau kesini pagi sekali?” tanya Sungmin.
“Hehh hari ini guru mengajak semua murid berekreasi ke pantai, tapi aku tidak ikut. Karena..”
“Tidak ada aku, iya kan? Mengaku sajalah!!!” kata Sungmin lagi.
Eunrim kesal, ia pun membawa sebuah bantal dan memukulkannya ke arah Sungmin. #BLAAKK..
Mulut Sungmin langsung ternganga.
“Haha.. kau sudah berani rupanya. Sini, biar kubalas!!! Awas yak kau!!!” kata Sungmin, dan Sungmin pun memukulkan bantal yang ia pegang ke bahu Eunrim.
Mereka bercanda dan tertawa bersama, sampai akhirnya mereka lelah. Eunrim menjatuhkan badannya ke atas sofa, disusul oleh Sungmin yang sama lelahnya dengan Eunrim.
Eunrim melirik ke arah Sungmin.
“Wae?”
Eunrim mengambil sebuah sapu tangan dari kantung jaketnya, dan mengelap keringat Sungmin dengan sapu tangannya.
Sungmin menatap Eunrim penuh perasaan, jantungnya berdetak cepat saat Eunrim mengelap keringatnya dengan lembut.
Tiba-tiba..
“Sungmin~ah..”
Jantung Sungmin berdetak semakin kencang saat Eunrim memanggil namanya.
Dalam hatinya, ‘apa dia akan bilang.. Aku mencintaimu Sungmin
Tapi..
“Sungmin~ah.. kau babo.” Kata Eunrim, dan ia langsung memukul kepala Sungmin.
Sungmin langsung terdiam, ia tidak bisa berkata apa-apa. Dalam hatinya..
Dasar babo, Sungmin.. kau terlalu percaya diri. Mana mungkin Eunrim menyukaimu.
Sungmin langsung menatap Eunrim dengan tatapan marah.
“Babo? Wae?” tanya Sungmin kesal.
“Ne, mengapa kau ribut denganku saat adikmu sedang sakit hah? Itu kan babo namanya.” Bentak Eunrim.
Sungmin langsung terdiam, tapi..
“KAU YANG DULUAN..” teriak Sungmin.
Eunrim langsung menutup mulut Sungmin.
“Hehh kau tidak melihat adikmu terbaring lemah, apa kau tidak kasihan padanya?” kata Eunrim.
“Aku kasihan padanya. Lalu apa urusannya denganmu?” tanya Sungmin.
“Hemm.. tidak ada.” Kata Eunrim.
“Hahh dasar aneh.” Kata Sungmin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jam 10, Sungmin dan Eunrim duduk berdua di sofa. Mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tiba-tiba, Sungmin yang sedang memainkan PSPnya mulai angkat bicara karena suasananya sangat hening.
“Eunrim, kau tidak ikut ke pantai?”
“Aniyo, tadi kan aku sudah bilang.. aku ingin menemanimu saja disini.” Kata Eunrim dengan sangat jujurnya.
Sungmin langsung meliriknya.
“Wae?”
“Ahh ani.. hei kau tahu tidak orangtuaku kemana?” tanya Sungmin mengelak.
“Mereka pulang, ayahmu ke kantor dan ibumu sedikit demam karena tadi malam tidur disini.” Jelas Eunrim, yang tatapannya tetap tertuju pada laptopnya.
“Hah? Ibuku demam? Aduuhh bagaimana bisa..” keluh Sungmin.
“Bisa saja.” Jawab Eunrim.
“Lalu kau? Bagaimana bisa kau masuk kedalam kamar adikku ini?” tanya Sungmin.
“Ya bisa saja, siapa pun bisa masuk kesini. Betul kan?” kata Eunrim dan tatapannya tetap mengarah pada laptopnya.
“Ne.. memangnya orangtuaku memabolehkannya?” tanya Sungmin.
“Ne, malah ayahmu sampai bertanya.. kau teman Sungmin? Wahh aku setuju jika kau menjadi yeoja chingu anakku.” Kata Eunrim sangat blak-blakan.
Mulut Sungmin kembali ternganga mendengar perkataan Eunrim.
“Wae.. wae.. waeo?”
“Ne.” Eunrim yang baru menyadarinya langsung menutup mulutnya.
Sungmin kembali terdiam.
“Sungmin, ini kesalah pahaman. Kau salah mendengar.. kau..”
Tiba-tiba Sungmin langsung memegang tangan Eunrim.
“Sungmin~ah.” Eunrim menatap Sungmin.
“Kau.. kau.. kau lucu sekali ya? Ahahahaha mana mungkin ayah berbicara seperti itu? Wahh mustahil bagiku..” kata Sungmin.
Eunrim langsung melepaskan genggaman Sungmin.
“HEHH KAU MEMBUAT ORANG SEBAL SAJA. NYATANYA, AYAHMU MEMANG BERBICARA SEPERTI ITU..” teriak Eunrim.
Karena teriakkan Eunrim, Hyunsu terbangun. Yang pertama ia sebut adalah nama oppanya.
“Sungmin oppa.. oppa..”
“Hyunsu.”
Sungmin dan Eunrim langsung menghampiri Hyunsu.
“Oppa, kau dimana? Aku kenapa? Mengapa mataku rabun? Aku tidak bisa melihat.” Kata Hyunsu sambil menangis.
“Hyunsu, kau kenapa?” tanya Sungmin panik.
Eunrim hanya bisa ikut panik saja.
“Oppa mataku, mataku rabun. Sebenarnya aku kanapa? Aku sakit apa, oppa?” tanya Hyunsu sambil menangis.
Sungmin langsung memeluk adiknya itu.
Dalam hatinya, ‘oppa tidak mau jika kau tahu penyakit apa yang kau idap saat ini, oppa tidak mau melihatmu menangis Hyunsu. Tapi jika seperti ini, oppa bingung harus bagaimana?
“Oppa, mengapa tidak menjawab pertanyaanku?” Hyunsu tetap memaksa, air matanya terus mengalir.
Eunrim yang melihat Sungmin memeluk Hyunsu dengan penuh perasaan, langsung terharu dan berusaha menahan tangis.
“OPPA!!!”
Tiba-tiba..
“Hyunsu, dokter mau memeriksa keadaanmu.” Kata Leeteuk yang tiba-tiba datang dengan ditemani beberapa perawat.
Hyunsu langsung melepaskan pelukannya, dan berusaha melihat ke arah Leeteuk berdiri.
“Dokter dimana?” tanya Hyunsu.
“Disini, kau bisa melihatku kan?” tanya Leeteuk.
“Aniyo..” keluh Hyunsu, dan air matanya mulai keluar lagi.
Leeteuk sangat terkejut, ia langsung menyuruh Sungmin dan Eunrim keluar agar ia bisa memeriksa Hyunsu tanpa gangguan.
Leeteuk mulai memeriksa Hyunsu.

Beberapa menit kemudian, setelah Leeteuk selesai memeriksa Hyunsu..
“Dokter, sebenarnya aku kenapa?” tanya Hyunsu.
Leeteuk diam.
“DOKTER, JAWAB AKU!!!” teriak Hyunsu.
Leeteuk langsung mendekatinya, dan memegang bahunya.
“Hyunsu, sebenarnya kau mengidap.. penyakit.. kanker lambung.” Kata Leeteuk dengan nada ragu.
“WAEO?” Hyunsu menangis lagi. Kali ini tangisannya terdengar sampai ke luar kamar.
Sungmin yang mendengarnya ingin masuk, tapi Eunrim menahannya.
“Dan.. kankermu.. sudah mengenai.. bagian.. otak. Kemungkinan.. kau.. akan.. buta Hyunsu.” Jelas Leeteuk.
Hyunsu terus menangis, rasanya sebuah mimpi ia bisa mengidap penyakit seperti ini. padahal sebelumnya tidak pernah ada keluhan apa pun.
Sungmin tidak tahan mendengar adiknya menangis. Ia langsung saja masuk.
“Sungmin?”
“Kau apakan adikku?” bentak Sungmin.
Eunrim hanya bisa melihatnya saja.
“Aku memberitahukan semuanya pada adikmu.” Jelas Leeteuk.
“Waeo?” tanya Sungmin lemas.
“Ne oppa, aku sudah tahu semuanya.” kata Hyunsu.
Sungmin langsung memeluk adiknya sambil menangis.

To be continued..













Kamis, 18 Agustus 2011

Song For You // Part.4

Author : Sarah Ariyanti
Chapter 4 of 10
Genre : Sad, Romance
Casts :
- Lee Hyunsu
- Lee Sungmin
- Song Eunrim
- Park Jungsoo a.k.a Leeteuk
- Park Seulbyul


~Happy Reading~
Pagi pun tiba, Hyunsu mulai membuka matanya dengan sangat pelan. Ia bangun dan melihat oppanya tertidur di sofa.
“Op..”
#KREK pintu kamar dibuka. Masuklah sekerumun orang memakai baju putih kedalam kamar Hyunsu.
“Kami ingin memeriksa keadaanmu.” Kata seorang dokter tampan.
Sungmin terbangun..
“Ohh silahkan, periksa saja adikku!” kata Sungmin tiba-tiba.
Dokter itu tersenyum manis pada Sungmin.
“Memeriksaku? Aku merasa sehat, kalian tidak perlu memeriksaku.” Kata Hyunsu.
“Kau tetap harus diperiksa. Kau berada di rumah sakit, berarti kau sakit.” Kata dokter tampan itu.
“Ohh terserah sajalah. Intinya aku merasa sehat pagi ini.” kata Hyunsu.
Dokter itu mulai memeriksa Hyunsu dengan sedetail mungkin.
Setelah beberapa menit..
“Selesai.”
“Dokter, aku boleh bertanya sesuatu tidak?” tanya Hyunsu.
“Waeo?”
“Umur dokter berapa?”
Sungmin yang sedang minum, langsung terbatuk-batuk.
“Oppa baik?” teriak Hyunsu meyakinkan.
“Ne.” jawab Sungmin.
Hyunsu kembali melirik ke arah dokter.
“Ehm.. aku harus menjawabnya?” tanya dokter itu.
“Ne, tentu.” Jawab Hyunsu.
“Umurku.. 28 tahun.”
“Wow, dokter masih muda ya?”
“Benarkah?”
“Ne.”
“Ahahaha ada-ada saja. Baru kali ini aku bertemu dengan gadis selucu dirimu.” Kata dokter memuji.
“Dokter.. aku juga ingin jujur.”
“Waeo?”
“Ehm.. dokter tampan.” Kata Hyunsu dengan nada malu-malu.
Sungmin yang sekarang sedang memakan kuenya, langsung memuntahkannya karena perkataan Hyunsu tadi.
Lagi-lagi Hyunsu bertanya, “oppa tidak apa-apa?”
“Ne, aku baik.” Jawab Sungmin.
Hyunsu kembali melirik sang dokter.
Dokter itu langsung tersenyum manis.
“Gomawo.. ehm..”
“Hyunsu, Han Hyunsu.” Kata Hyunsu.
“Ahaha ne Hyunsu. Kenalkan namaku Park Jungsu, kau bisa memanggilku Leeteuk.” Kata dokter itu.
“Ahahaha nama panggilanmu, jauh sekali dari nama aslimu. Baiklah itu tidak jadi masalah.. dokter Leeteuk.”
“Baiklah, tugasku sudah selesai disini. Aku harus memeriksa pasien lain, sampai berjumpa lagi Hyunsu.” Kata Leeteuk sambil mengusap kepala Hyunsu.
“Ne, sampai jumpa dokter.”

Leeteuk dan rekan-rekannya pun keluar dari kamar Hyunsu. Setelah itu, Sungmin langsung menghampiri adiknya.
“Hehh, kau genit sekali.”
“Yeyy, oppa sirik ya?” kata Hyunsu dengan nada meledek.
“Ani, lagi pula wajahku dan wajah dokter tadi.. hahh masih lebih tampan wajahku.” Kata Sungmin dengan percaya dirinya.
“Huhhh..”
“Ahahahaha..”
Tiba-tiba..
“Hyunsu?”
Saat pintu dibuka..
“JIAH..” teriak Hyunsu sangat keras dan langsung melompat bangkit.
Sungmin menahannya.
“Dasar babo, kau masih sakit.” Bentak Sungmin.
“Aku tahu, JIAH AYO MASUK! DI SEKOLAH, TADI BELAJAR APA?” teriak Hyunsu dengan sangat bersemangatnya.
Jiah pun masuk dan memberi salam pada Sungmin. Sungmin membalas  bungkukkan badannya. Setelah itu, Jiah langsung duduk disebelah Hyunsu.
“Sehari tidak ada kau, rasanya sepi sekali.” Kata Jiah.
“Benarkah?” tanya Hyunsu senang.
Tiba-tiba..
“Ya pasti sepi, orang ribet kaya Hyunsu kan jarang sekali ditemukan.” Kata Sungmin.
Tak segan-segan, Hyunsu langsung saja mengambil botol plastik yang sudah kosong di sebelah tempat tidurnya, dan melemparnya ke kepala Sungmin.
“AWWW..”
“Hyunsu!” kata Jiah takut.
“Abaikan sajalah orang seperti dia!” kata Hyunsu.
Sungmin hanya bisa menggeram pelan.
“Jadi, tadi di sekolah belajar apa?” tanya Hyunsu.
“Matematika.”
“Hahh untung saja aku tidak masuk ahaha..”
“Ahahahaha..”
“Hyunsu, aku baru ingat.”
“Waeo?”
“Aku bawakan kau kue cokelat, kau suka kue cokelat kan?” kata Jiah.
“Oh tapat sekali, kita makan sama-sama ya!” kata Hyunsu.
Jiah hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka pun memakan kue cokelatnya bersama.

Jam 2 siang..
“Hyunsu, aku pamit pulang dulu ya?” kata Jiah.
“Yahh, padahal aku masih ingin berbicara banyak denganmu.” Keluh Hyunsu.
“Ne, aku juga. Tapi aku harus pulang.”
Lagi-lagi Sungmin ikut campur.
“Hehh Hyunsu, biarkan temanmu pulang!” katanya.
“Aku memang membiarkannya pulang. Ahh oppa ini tidak tahu apa-apa, tak usahlah ikut campur!” kata Hyunsu.
“Huhh..”
“Wleee..” Hyunsu menunjukkan lidahnya ke arah Sungmin.
Jiah memberi salam pada Sungmin, dan ia pun pulang.

Setelah kepulangan Jiah..
“Bosan.” Keluh Hyunsu.
“Sama, aku juga bosan.” Kata Sungmin.
“Selalu sama, oppa mengikutiku ya?” tanya Hyunsu sinis sambil menyipitkan matanya.
“Hehh siapa yang mengikutimu hah?” kata Sungmin.
“Yeyy biasa aja! Huhh..”
Suasana menjadi hening..
“Hyunsu?”
“Hemm..”
“Kau.. bisa diam juga?” tanya Sungmin menyindir.
“OOPPAA.”
“Ne, kau masih bosan?” tanya Sungmin lagi.
“Heem.” Jawab Hyunsu sambil menganggukan kepalanya.
“Aku bawa beberapa kaset di tasku, bagaimana jika kita menonton?” ajak Sungmin.
Hyunsu langsung melompat bangkit dengan bersemangatnya. Lagi-lagi Sungmin langsung menahannya.
“BABO, KAU MASIH SAKIT.”
“Ehehehe ne aku lupa.” Kata Hyunsu.
“Ehehehe ne aku lupa.” Sungmin meledeknya dengan mengulangi perkataan adiknya tadi.
“Huuhh..”
“Baiklah, aku ambil dulu kasetnya.”
Hyunsu diam sambil menunggu oppanya mengambil kaset didalam tas.
Tiba-tiba..
“Ahh kepalaku.” Rintih Hyunsu sambil memegangi kepalanya.
Sungmin tidak menyadarinya.
“Ahh..” rintih Hyunsu, dan tiba-tiba sekarang penglihatannya rabun. Semua yang ada disekitarnya tidak terlihat jelas.
“Oppa, kepalaku.. ahh.. sakit sekali..” rintih Hyunsu.
Sungmin yang baru menyadari kalau Hyunsu kesakitan, langsung menghampiri adiknya itu.
“HYUNSU?” teriak Sungmin.
Tapi sayang, ia telat. Adiknya sudah terlanjur jatuh pingsan. Tanpa berpikir panjang ia langsung saja memanggil dokter dan menelepon orangtuanya.
Dokter langsung datang dan memeriksa Hyunsu.
“Ibu, Hyunsu pingsan lagi.” kata Sungmin dengan nada panik.
“Ibu dan ayah akan segera kesana.” Kata ibu dengan nada panik juga.
Beberapa menit kemudian ibu dan ayah datang. Sungmin yang menunggu diluar kamar langsung menghampiri ibunya.
“Bagaimana Hyunsu?”
Sungmin hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menahan rasa sedihnya. Ibu langsung memeluknya, karena ibu tahu jika Sungmin ingin menangis.
“Hyunsu tidak akan apa-apa.” Bisik ibu.
Sungmin hanya bisa diam.
Setelah menunggu cukup lama, pintu kamar dibuka.
“Dokter, bagaimana keadaan Hyunsu?” tanya Sungmin.
“Kankernya sudah menyerang bagian otak.” Kata Leeteuk dengan nada ragu.
Sungmin langsung terdiam, sedangkan ibu dan ayah langsung berlari masuk melihat keadaan Hyunsu.
Leeteuk langsung memegang bahu Sungmin dan menepuknya.
“Aku tahu bagaimana perasaanmu.” Kata Leeteuk.
“Hahh.. apa dia akan sembuh?” tanya Sungmin.
Leeteuk bingung, dia tidak tahu harus menjawab apa.
“Ehm.. sebenarnya kemungkinan Hyunsu sembuh hanya 50%.” Jelas Leeteuk.
Sungmin langsung menatap Leeteuk dengan tatapan sinis. Ia mendorong Leeteuk sampai mengenai tembok.
“KAU BOHONG KAN?” teriak Sungmin.
Leeteuk hanya bisa diam.
Sungmin tidak bisa mengendalikan dirinya, ia meninggalkan Leeteuk masuk kedalam kamar Hyunsu.

Malam tiba, ponsel Sungmin berbunyi (Bonamana)
“Yoboseyo.”
“Sungmin~ah.. bagaimana kabarmu?”
“Tidak baik, ada apa kau meneleponku?” tanya Sungmin.
“Huhh sifatmu memang tidak berubah ya?”
“Langsung pada inti pembicaraan sajalah!” kata Sungmin.
“Hey, aku akan kembali ke Korea besok.”
Sungmin hanya diam.
“Sungmin, kau tidak mendengarkanku?”
“Ohh ne, aku dengar kok. Wow itu berita bagus.” Kata Sungmin dengan nada senang yang terpaksa dan tidak berekspresi.
“Hahh kau memang menyebalkan. Sudahlah, lebih baik aku tutup saja teleponnya. Daahhh..”
Setelah Sungmin menyimpan ponselnya, ayah bertanya siapa yang menelepon.
“Tadi itu Seulbyul noona.” Jelas Sungmin.
“Ada apa dia menelepon?” tanya ayah.
“Besok dia akan kembali ke Korea.”
“Waeo? Bagaimana bisa?” tanya ayah.
“Entahlah.” Jawab Sungmin.
“Sudah malam, lebih baik kau tidur! Ohh kata bi Soojin, tadi siang ada yang mencarimu.”
“Siapa?”
“Euhh.. Eun.. Eun..”
“Eunrim?”
“Ne, hehh apa dia temanmu?” tanya ayah.
“Ne.”
“Hanya teman?”
“Wae? Ahh ayah..”
“Ahahaha ayah hanya bercanda, sudah kau tidur sekarang!” kata ayah.
“Ne.”
Sungmin pun tidur.

To be continued..